-->

Rupiah Melemah, Harga BBM Subsidi Bakal Naik

Liputan6.com, Jakarta Pemerintah mempertimbangkan untuk menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi. Ini sebagai strategi untuk mengatasi pelemahan nilai tukar rupiah demi menjaga stabilitas perekonomian Indonesia.

Ini diungkapkan Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani di Gedung DPR, Selasa (4/9/2018). Dia mengatakan jika pemerintah memiliki beberapa strategi terkait kondisi ekonomi saat ini, seperti pelemahan rupiah.

"Beberapa kebijakan diambil pemerintah untuk mengurangi tekanan pada nilai tukar dan menstabilkan ekonomi, antara lain penyesuaian harga BBM bersubsidi, pemberian potongan pajak kepada industri padat karya dan berorientasi ekspor," ujar Sri Mulyani.

 

Seperti diketahui, saat ini Indonesia mengimpor minyak mentah dan BBM untuk memenuhi kebutuhan di dalam negeri. Ketergantungan terhadap impor membuat harga jual BBM domestik sangat dipengaruhi nilai tukar rupiah terhadap dolar dan harga minyak dunia.

Baca Juga

Mengutip Bloomberg, Selasa (4/9/2018), rupiah dibuka pada angka 14.822 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang berada di angka 14.815 per dolar AS.

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.780 hingga 14.845 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah telah melemah 9,04 persen.

Adapun berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 14.840 per dolar AS, melemah tinggi jika dibandingkan patokan sehari sebelumnya yang ada di angka 14.767 per dolar AS.

Sri Mulyani mengaku jika selain melakukan penyesuaian harga BBM bersubsidi, pemerintah juga akan mengenakan pajak tambahan terhadap barang mewah.

Langkah lain dengan menurunkan tarif impor untuk barang yang digunakan bagi kegiatan ekspor. Serta kebijakan penggunaan biodiesel untuk mengurangi impor bahan bakar.

"Kebijakan-kebijakan tersebut kemudian bekerja cukup efektif dalam menstabilkan perekonomian dan menurunkan volatilitas nilai tukar," tegas Sri Mulyani.

 

Reporter: Yayu Agustini Rahayu

Sumber: Merdeka.com

Dibanding Lira dan Peso, Rupiah Jauh Lebih Kuat dari Gempuran Dolar AS

Petugas memperlihatkan uang pecahan dolar Amerika di salah satu gerai penukaran mata uang di Jakarta, Jumat (18/5). Pagi ini, nilai tukar rupiah melemah hingga sempat menyentuh ke Rp 14.130 per dolar Amerika Serikat (AS). (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mengalami pelemahan dalam beberapa pekan terakhir. Namun pelemahan rupiah ini tidak terlalu dalam jika dibandingkan mata uang di beberapa negara lain.

Dikutip dari data Reuters, dari awal tahun hingga Akhir Agustus atau year to date, rupiah hanya melemah 8,4 persen. Angka tersebut lebih kecil jka dibandingkan dengan negara berkembang lainnya.

Untuk periode yang sama, rupe India mengalami 10,4 persen dan Rubel Rusia tertekan hingga 15,1 persen. Tak hanya negara tersebut, mata uang rand Afrika Selatan melemah hingga 16,7 persen.

Sedangkan untuk mata uang real Brasil mengalami tekanan yang cukup dalam mencapai 20,4 persen. Untuk Lira Turki pelemahannya hingga 42,9 persen dan peso Argentina mencapai 51,1 persen.

Sedangkan khusus sepanjang Agustus 2018, rupiah hanya melemah 1,6 persen. Jauh di bawah peso yang tercatat 26 persen dan lira yang mencapai 25 persen.

Chief Market Strategist FXTM Hussein Sayed menjelaskan, pelemahan nilai tukar rupiah ini bukan karena faktor dari dalam negeri tetapi lebih terserah karena faktor eksternal.

"Aksi jual lira Turki dan peso Argentina sangat berperan pada depresiasi drastis rupiah," jelas dia.

Saat ini memang Turki dan Argentina tengah masih dalam fase ketidakpastian ekonomi. Hal tersebut membuat investor melepas aset-aset beresiko seperti mata uang di negara berkembang termasuk rupiah.

Namun memang, pelemahan rupiah tidak terlalu besar karena kondisi ekonomi makro cukup stabil. Bahkan BI sebelummnya telah melakukan aksi antisipasi dengan menaikkan suku bunga acuan selama beberapa kali.

Sebelumnya, Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara mengatakan bahwa seharusnya pelemahan rupiah ini tidak perlu ditakutkan karena stabilitas ekonomi dan keuangan bisa terjaga dengan baik.

"Likuiditas terjaga baik, non performing loan (NPL) di perbankan Indonesia bahkan menurun dibandingkan 2015 dari 3,2 persen menjadi 2,7 persen." kata Mirza.

Simak Video Ini


Related Posts

0 Response to "Rupiah Melemah, Harga BBM Subsidi Bakal Naik"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel