-->

Jurus BEI Dongkrak IHSG

Liputan6.com, Jakarta - Berbagai sentimen domestik hingga global menyebabkan indeks harga saham gabungan (IHSG) turun tajam belakangan ini. Pekan lalu, IHSG bahkan turun sebesar 6,16 persen ke level 5.826,87 dari 6.209,12.

Direktur Perdagangan dan Pengaturan BEI Laksono Widodo mengatakan, protol krisis BEI pada dasarnya akan diterapkan jika indeks sudah turun terlalu tajam, yakni lebih dari 2 persen dalam sehari.

"Selalu ada (protokol krisis). Cuma protokol krisis biasanya kita mulai watch market apabila dalam sehari mulai turun lebih dari 2 persen. Kalau sudah sampai 5 persen maka kita mulai meeting dengan para otoritas. Sampai turun 10 persen ada auto hold," terangnya di Gedung BEI, Senin (20/4/2019).

Dia menambahkan, pihak bursa sudah melakukan tes auto hold yakni pengujian jika indeks di bursa saham terkoreksi cukup dalam.

"Which is, hari Sabtu kemarin sudah mulai dicoba, test diantara anggota bursa dan IDX dan berjalan dengan baik. Jadi kita juga mempersiapkan itu," ujarnya.

Kendati begitu, dia menjelaskan, otoritas bursa tidak akan menutup market hanya jika indeks mengalami penurunan sebesar satu persen dalam sehari.

"Tidak. tidak ada di dunia manapun yang protokol yang 1 persen turun market musti ditutup. Kita pun tetap mewaspadai tapi apakah ini menjadi kejadian luar biasa yang membuat kami melakukan tindakan luar biasa, saya rasa belum," kata dia.

IHSG Memerah, Rupiah pada Posisi 14.450 per Dolar AS

Pekerja mengamati pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di salah satu perusahaan Sekuritas di Jakarta, Rabu (14/11). Pasar saham Indonesia naik 23,09 poin atau 0,39% ke 5.858,29. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) memerah pada awal perdagangan pekan ini. Pada pra pembukaan perdagangan saham, Senin (20/5/2019), IHSG  melemah 4,39 poin atau 0,08 persen ke posisi 5.822,47.

Pada pembukaan, IHSG kembali melemah dengan turun 11,27 poin atau 0,19 ke posisi 5.815,5. Indeks saham LQ45 juga turun 0,26 persen ke posisi 897,8. Sebagian besar indeks saham acuan melemah.

Sebanyak 68 saham menguat namun tak mampu membawa IHSG ke zona hijau. Kemudian 61 saham melemah dan 159 saham diam di tempat.

Pada awal perdagangan saham, IHSG sempat berada di level tertinggi 5.826,2 dan terendah 5.815,4.

Total frekuensi perdagangan saham 7.272 kali dengan volume perdagangan 865,1 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 161,5 miliar. Investor asing jual saham Rp 7,62 miliar di total pasar. Posisi dolar Amerika Serikat (AS) berada di kisaran Rp 14.450.

Sebagian besar sektor saham melemah. Hanya perkebunan yang naik 0,21 persen dan pertambangan yang menguat 0,13 persen.

Adapun sektor saham yang melemah, antara lain aneka industri turun 0,83 persen dan catatkan pelemahan terbesar. Diikuti sektor konsumsi turun 0,54 persen dan manufaktur sebesar 0,48 persen.

Saham-saham yang menguat antara lain saham RELI naik 23,7 persen ke posisi Rp 302 per saham, saham TIRT naik 14,75 persen ke posisi Rp 70 per saham. Dan saham TELE menguat 10 persen ke posisi Rp 660.

Sedangkan saham-saham yang melemah antara lain saham FPNI turun 7,35 persen ke posisi Rp 126 per saham. Saham MDIA turun 6,92 menjadi Rp 121 dan saham RALS melemah 4,7 persen ke Rp 1.620.

Awal Pekan, IHSG Masih Tertekan

Suasana kantor Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (10/11). Dari 538 saham yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia, 181 saham menguat, 39 saham melemah, 63 saham stagnan, dan sisanya belum diperdagangkan. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih diproyeksikan ke zona negatif pada perdagangan saham hari ini. Sejauh ini, belum ada sentimen positif yang mampu mendorong IHSG untuk rebound memasuki pekan ketiga Ramadan ini.

Dari faktor global, sentimen perang dagang masih mempengaruhi laju IHSG. Gerak IHSG bahkan jatuh sebesar 6,16 persen ke level 5.826,87 dari 6.209,12 sepanjang pekan lalu imbas salah satunya disebabkan tensi perang dagang.

"Meski ada potensi rebound dalam jangka pendek, saya perkirakan IHSG berpeluang terkoreksi dengan diperdagangkan pada level 5.790-5.900," tutur Vice President PT Artha Sekuritas Frederik Rasali di Jakarta, Senin (20/5/2019).

Meski Bank Indonesia (BI) tetap memutuskan untuk menahan suku bunga acuan di level 6 persen, IHSG secara teknikal masih mengindikasikan potensi bearish (tertekan). Kinerja IHSG diprediksi masih akan loyo dan bahkan diperdagangkan dibawah level 6.000 pada hari ini.

"Bursa saham tanah air berpotensi bearish dengan membukukan koreksi di rentang 5.753-5.973," terang Analis PT Binaartha Parama Sekuritas Nafan Gustama.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


0 Response to "Jurus BEI Dongkrak IHSG"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel